BAB III
RENCANA STRATEGIK RSUD SANANA
1. Visi dan Misi
Perencanaan strategik merupakan proses periodik dalam upaya mengembangkan langkah-langkah Rumah Sakit untuk mencapai visi dan melaksanakan misinya. Rumah Sakit Umum Daerah Sanana saat ini memiliki komitmen dan keinginan untuk memberi arah ke mana organisasi harus menuju dan memastikan kesamaan cita-cita dalam organisasi.
Visi merupakan landasan untuk memotivasi pemanfaatan Sumber Daya dan menjadi moral dan dasar perilaku dalam organisasi. Dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang dimiliki serta kenyataan yang dihadapi, maka RSUD Sanana menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut :
Visi RSUD Sanana :
”Pelayanan kesehatan yang bermutu dilandasi oleh azas kekeluargaan, dengan SDM yang sopan dan berkualitas”
Misi RSUD Sanana :
1. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana yang ideal.
2. Mengembangkan sistem manajemen rumah sakit yang baik.
3. Mengembangkan Sumber Daya Manusia.
4. Mengutamakan kepuasan pasien.
5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
6. Melayani dengan tulus.
7. Menciptakan suasana kekeluargaan
Motto:
Rumah Kita Bersama
2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan merupakan implementasi dari Misi yang merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 – 5 tahun. Berdasarkan pada Misi yang telah ditetapkan, maka tujuan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Menyiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit.
2. Meningkatkan mutu pelayanan medis dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang bermutu sesuai standar pelayanan medis.
3. Meningkatkan jenis pelayanan medis sesuai kebutuhan dan kesiapan Rumah Sakit.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan medis secara bertahap sesuai kebutuhan dan perkembangan pelayanan.
5. Meningkatkan sistem manajemen rumah sakit, manajemen keuangan serta ketrampilan dan profesionalisme SDM di Rumah Sakit.
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang bersifat spesifik, dapat dinilai, dapat diukur, menantang namun dapat dicapai, berorientasi pada hasil dan dapat dicapai dalam kurun waktu 1 – 5 tahun.
Berdasarkan pengertian dimaksud, maka sasaran yang ditetapkan adalah:
1. Terwujudnya peningkatan pelayanan intern dari tahun ke tahun di bidang kepegawaian, keuangan dan ketatausahaan.
2. Terwujudnya Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP).
3. Terwujudnya Laporan Bidang Tugas dan Kegiatan Tribulanan.
4. Terwujudnya Standar Operasional Prosedur (SOP).
5. Terwujudnya pengiriman pegawai untuk mengikuti pendidikan, pelatihan dan tugas belajar.
6. Terwujudnya:
· Peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat jalan
· Peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat inap
· Peningkatan jumlah tindakan medik dan penunjang medik
· Peningkatan jumlah rata-rata pemanfaatan tempat tidur (BOR)
· Lama tinggal di rumah sakit yang efisien
· Peningkatan penerimaan rumah sakit dari tahun ke tahun.
3. Cara Mencapai Tujuan/Strategi
Sejak tahun 2009, RSUD Sanana telah melaksanakan reformasi total yang direncanakan akan dilakukan dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase Shocking
2. Membentuk shared vision
3. Reorganisasi dan perbaikan sistem operasional
4. Membangun institusi.
Fase shocking terutama bertujuan untuk melakukan perubahan budaya baik untuk stakeholder internal maupun stakeholder eksternal RSUD Sanana. Pengalaman di beberapa RS di Jawa dan Bali, fase ini membutuhkan waktu 3 sampai 7 tahun, dengan kondisi ketenagaan, sarana dan prasarana yang jauh lebih memadai dibanding RSUD Sanana saat ini. Bukan hal yang mudah untuk menciptakan ‘perasaan kebutuhan’ untuk berubah, dari kondisi sebelumnya ke arah yang seharusnya.
Perubahan tentu saja menjadi hal yang tidak mengenakkan bagi yang telah pernah menikmati keuntungan atau perasaan nyaman dari kebiasaan-kebiasaan sebelumnya meskipun kebiasaan itu salah. Perubahan budaya ke arah yang seharusnya seringkali menyebabkan guncangan di internal rumah sakit, mengubah perilaku merupakan aspek individu yang paling sulit untuk diintervensi. Pada dasarnya Rumah Sakit adalah suatu lembaga yang multi bisnis, didalam Rumah Sakit terdapat bisnis jasa, bisnis penginapan, bisnis catering, bisnis obat dan sebagainya, sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi penyimpangan apabila tidak ditunjang oleh kontrol manajemen yang baik. Secara keseluruhan sampai saat ini kinerja pelayanan masih rendah, di mana faktor kuantitas dan kualitas ketenagaan, sarana dan prasarana maupun pembiayaan menjadi kendala utama.
RSUD Sanana merupakan bagian dari sistem birokrasi daerah, yang diharapkan berfungsi sebagai operator dalam bidang kesehatan yang tidak birokratis, dalam arti lembaga usaha yang memberikan pelayanan publik. Oleh karena itu kerjasama dengan semua elemen yang ada dalam Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sula, baik eksekutif maupun legislatif serta seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sula, sangatlah dibutuhkan.
Upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menciptakan tenaga kesehatan yang bermutu, harus didasari dengan nilai-nilai sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan haruslah senantiasa mendahulukan kepentingan pasien.
2. Pelayanan kesehatan haruslah bersifat responsif, artinya tanggap terhadap situasi dan kondisi.
3. Pelayanan kesehatan harus bersifat inklusif, artinya seluruh komponen masyarakat diminta turut berpartisipasi aktif.
4. Pelayanan kesehatan harus efektif, artinya mampu mencapai apa yang ditargetkan, dan bersifat efisien.
5. Pelayanan kesehatan diharapkan agar dilaksanakan dalam tata kelola yang bersih bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Nilai-nilai ini diharapkan menjadi nilai-nilai yang mampu menjiwai seluruh stakeholder Rumah Sakit, sehingga secara perlahan-lahan Rumah Sakit dapat memasuki fase kedua dari reformasi ini yakni membentuk visi yang sama dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Persiapan-persiapan menuju ke arah fase ketiga dari reformasi RSUD Sanana, telah dimulai dengan mempersiapkan sarana prasarana Rumah Sakit dan ketenagaan yang akan mendukung semua aktivitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Persiapan selanjutnya adalah membenahi sistem operasional klinik dengan melakukan audit klinik secara berkala. Membangun sistem penilaian kinerja dan remunerasi berbasis pada kinerja. Pada fase ini mulai dikembangkan berbagai indikator pengukuran, sehingga tingkat keberhasilan pencapaian target atau kinerja dapat diukur.
RSUD Sanana saat ini berstatus sebagai Lembaga Tehnis Daerah. Pelayanan Rumah Sakit bersifat semi public good dimana biaya kesehatan dan kemampuan masyarakat membayar bervariasi. Ada yang mampu tetapi banyak juga yang tidak mampu. Diharapkan pada fase ke empat nanti, RSUD Sanana lebih fleksibel dalam melakukan inovasi pelayanan yang dibutuhkan.
BAB IV
REALISASI KEGIATAN RSUD SANANA TAHUN 2009 - 2010
A. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana rumah sakit perlahan-lahan dapat ditingkatkan melalui dana APBD dan APBN. Sejak dibangun tahun 2003 sampai awal tahun 2009, beberapa gedung pelayanan di RSUD Sanana telah dibangun dengan dana APBN, sebagian ditangani Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara, sebagian lagi oleh RSUD Sanana. Pembangunan yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan kondisi lahan dan fungsi bangunan menyebabkan penggunaan gedung-gedung pelayanan tidak sesuai dengan aktivitas pelayanan rumah sakit.
Gambar 6. Mengorganisir gedung-gedung pelayanan kesehatan
Pada tahun 2009 manajemen RSUD Sanana mulai menata kembali perencanaan gedung-gedung pelayanan rumah sakit dengan tujuan utama memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas pelayanan agar dapat memberi kenyamanan dan kelancaran sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
Gambar 6. Mengorganisir gedung-gedung pelayanan kesehatan
Melalui APBD 2009 telah direalisasikan kegiatan sebagai berikut :
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Rehabilitasi sedang rumah dinas dokter | Rumah dinas layak untuk ditempati |
2 | Penyediaan mobileur rumah dinas | Tersedianya mobileur rumah dokter spesialis |
3 | Pembangunan kamar jenazah | Tersedia kamar bagi jenazah |
4 | Pembangunan Unit Transfusi Darah | Tersedia gedung Unit Transfusi Darah |
5 | Pembangunan bak penampung air | Tersedia bak penampungan air bersih |
6 | Penataan lokasi rumah sakit | Pengamanan dari bahaya tanah longsor |
7 | Pembangunan talud | Pengamanan dari bahaya tanah longsor |
8 | Pembuatan lahan parkir | Tersedianya halaman RS yang tertata rapi |
9 | Pengadaan alat kesehatan | Tersedianya alat kesehatan yang memadai |
10 | Pengadaan obat-obatan | Tersedianya kebutuhan obat RS dalam 1 tahun |
Tabel 5. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBD tahun 2009
RSUD Sanana memiliki 5 rumah dinas dokter, tiga diantaranya dalam keadaan tidak layak pakai. Keadaan ketiga rumah dinas ini sejak dibangun lantainya tidak dilapisi tegel dengan kamar mandi yang tidak bisa digunakan. Oleh karena itu dalam DPA perubahan tahun 2009, rumah sakit memasukkan kegiatan rehabilitasi rumah dinas dokter sekaligus penyediaan mobileur, untuk mempersiapkan rumah yang layak ditempati bagi dokter spesialis.
Kegiatan pembangunan kamar jenazah dilakukan dengan mempertimbangkan kesulitan rumah sakit dalam menangani jenazah yang tidak/ belum dikenal, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berada di rumah sakit. Pengalaman dengan beberapa jenasah yang membutuhkan waktu lama berada di rumah sakit, sangat mengganggu pelayanan karena tidak adanya tempat yang layak untuk penyimpanan jenasah.
Pembangunan Unit Transfusi Darah (UTD) sebenarnya merupakan kegiatan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2008. Namun oleh karena kesalahan administrasi sehingga DAK bidang kesehatan tahun 2008 seluruhnya dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sula. Dalam pelaksanaannya pembangunan UTD Rumah Sakit tidak dilaksanakan, tetapi pengadaan alat-alat transfusi darah dikirim ke rumah sakit. Pada tahun 2009 RSUD Sanana merealisasikan pembangunan UTD RS yang bersumber dari APBD.
Sampai tahun 2009 ketersediaan air bersih menjadi masalah utama bagi RSUD Sanana. Air dari PDAM tidak bisa mencapai lokasi rumah sakit yang berada di ketinggian. Sumur bor merupakan satu-satunya sumber air bersih, namun pengoperasian sumur bor sangat bergantung pada ketersediaan listrik. Keadaan listrik juga tidak lebih baik dari air, seringkali terjadi pemadaman listrik. RSUD Sanana saat itu dalam keadaan krisis air bersih dan listrik, dua hal yang seharusnya menjadi syarat utama bagi sebuah rumah sakit. Kegiatan pembangunan bak penampung air sekaligus pipa instalasi dan profil tank, sampai saat ini dirasakan sangat membantu ketersedian air di rumah sakit.
Kondisi bentuk lahan RSUD Sanana yang berbukit-bukit dengan gedung-gedung pelayanan yang dibangun di atasnya menyebabkan bila musim hujan lokasi ini sangat rawan longsor. Aliran air yang sangat deras dari pegunungan, di perparah minimnya saluran-saluran air yang ada, mengakibatkan gedung-gedung pelayanan rumah sakit terendam air yang bercampur tanah liat. Beberapa gedung rusak bahkan salah satu gedung tertimpa pohon yang tumbang dari atasnya dan merusakkan atap gedung tersebut. Kegiatan penataan lokasi rumah sakit sekaligus membangun talud penahan tanah dipandang sangat penting untuk pengamanan rumah sakit dari bahaya longsor dan kerusakan yang lebih parah. Demikian pula dengan pembuatan lahan parkir, yang memudahkan kendaraan masuk keluar lokasi rumah sakit.
Pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan bertujuan untuk menunjang aktivitas pelayanan rumah sakit. Meskipun masih belum memadai karena keterbatasan anggaran, namun pengadaan ini cukup berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan secara umum.
Tahun 2009 RSUD Sanana memperoleh APBN berupa Dana Tugas Pembantuan (TP). Anggaran ini direalisasikan dalam kegiatan sebagai berikut :
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Pemb/Rehab Perluasan UGD & Poliklinik | Mengorganisir letak gedung-gedung di RS |
2 | Rehabilitasi Ruang Kebidanan | Memperbaiki gedung pelayanan |
3 | Pembangunan Koridor Penghubung | Mempermudah akses antar gedung |
Tabel 6. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBN TP tahun 2009
Rehabilitasi tiga gedung yang terletak di depan pintu masuk rumah sakit, dimaksudkan untuk difungsikan menjadi gedung rawat darurat, gedung poliklinik dan gedung rawat inap. Pelayanan rawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah atau mengurangi resiko kematian dan kecacatan. Berhubungan dengan fungsi dari Unit Gawat Darurat (UGD) tersebut, maka dipandang perlu untuk memisahkan dan memberi perlakuan khusus. UGD harus memiliki entrance dan akses yang mudah dicapai. Gedung poliklinik yang berfungsi untuk pelayanan rawat jalan bagi pasien yang tidak dirawat inap menempati gedung yang memiliki kemudahan akses, baik ke ruang-ruang pelayanan penunjang maupun ke ruangan rawat inap.
Sebagai bangunan yang berfungsi utama sebagai fasilitas perawatan kesehatan, penting bagi rumah sakit untuk memperhatikan kelancaran sirkulasi menuju ruang-ruang yang dibutuhkan. Kenyamanan sirkulasi di dalam rumah sakit secara keseluruhan sangat berpengaruh terhadap kegiatan pelayanan kesehatan yang berlangsung di dalamnya. Terealisasinya koridor penghubung sangat membantu aktivitas pelayanan rumah sakit.
Gambar 7. Tempat Tidur dan Obat-Obatan
Tahun 2010 RSUD Sanana melalui APBD merealisasikan kegiatan sebagai berikut :
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Pengadaan alkes/tempat tidur | Terpenuhinya tempat tidur di rumah sakit |
2 | Pengadaan obat-obatan | Tersedianya kebutuhan obat RS dalam 1 tahun |
Tabel 7. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBD tahun 2010
Sampai tahun 2009 jumlah tempat tidur di RSUD Sanana berjumlah 65 buah. Dengan kegiatan pengadaan tempat tidur pada tahun 2010, total jumlah tempat tidur menjadi 73 buah. Pengadaan obat-obatan direalisasikan untuk memenuhi kebutuhan obat rumah sakit selama satu tahun.
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Pengadaan alkes PONEK | Tersediannya alkes PONEK di rumah sakit |
Tabel 8. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBN DAK tahun 2010
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) adalah pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi. Program ini sangat berperan dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Diharapkan dengan tersedianya peralatan PONEK, RSUD Sanana mampu menyelenggarakan program ini disamping tentunya ditunjang dengan ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensinya.
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Pembangunan gedung rawat inap | Tersedianya gedung rawat inap |
2 | Pembangunan ged. maternal neonatal | Tersedianya gedung PONEK |
3 | Pembangunan gedung apotik | Tersediannya gedung apotik |
4 | Pembangunan gedung incenerator | Tersediannya gedung incenerator |
5 | Pembangunan koridor penghubung | Mempermudah akses antar gedung |
6 | Rehabilitasi gedung ICU | Memperbaiki ged. pelayanan agar bisa digunakan |
7 | Rehabilitasi gedung laboratorium | Memperbaiki ged. pelayanan agar bisa digunakan |
8 | Rehabilitasi gedung rawat inap | Memperbaiki ged. pelayanan agar bisa digunakan |
9 | Pengadaan alat kesehatan | Tersediannya alat kesehatan yang memadai |
10 | Pengadaan mobileur RS | Tersediannya mobileur bagi gedung baru |
11 | Pengadaan AC & Kulkas | Tersediannya AC & Kulkas bagi gedung baru |
12 | Pengadaan Incenerator | Tersedianya alat pengolahan sampah RS |
13 | Pengadaan mobil ambulance | Tersedianya mobil ambulance yang memadai |
14 | Pengadaan SIM RS | Menerapkan sistem informasi RS yang baik |
Tabel 9. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBN TP tahun 2010
Pada tahun 2010 RSUD Sanana merealisasikan kegiatan melalui anggaran Tugas Pembantuan antara lain pembangunan beberapa gedung pelayanan kesehatan. Pembangunan ini terutama ditujukan untuk mengorganisir gedung-gedung pelayanan agar dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas rumah sakit.
Gambar 8. Gedung Rawat Inap
Gambar 9. Koridor Penghubung
Penambahan koridor penghubung di tahun 2010, diharapkan dapat meminimalisir kesulitan akses antar ruangan akibat minimnya koridor yang ada dan letak gedung-gedung pelayanan yang tidak sama tingginya. Beberapa gedung pelayanan yang rusak direhabilitasi agar dapat dimanfaatkan sesuai peruntukkannya, seperti gedung laboratorium, ruang operasi dan gedung ICU.
Gambar 10. Ruang Operasi dan Ruang ICU
Pengadaan alat kesehatan direalisasikan untuk memenuhi kebutuhan alat kesehatan yang belum ada atau mengganti alat kesehatan yang rusak. Minimnya mobileur, AC dan kulkas di RSUD Sanana diharapkan dapat terpenuhi dengan kegiatan pengadaan dari anggaran TP ini, sehingga dapat mengisi gedung-gedung pelayanan dan dimanfaatkan dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat.
Gambar 11. Mobileur Rumah Sakit
Pengadaan Incenerator serta pembangunan gedung tempat incenerator merupakan salah satu syarat penting dalam usaha mencapai standar kesehatan lingkungan sebuah rumah sakit. Begitu pula halnya dengan pengadaan mobil ambulance beserta peralatan emergency di dalamnya diharapkan dapat memenuhi pelayanan rawat darurat sesuai standar pelayanan minimal rumah sakit.
Gambar 12. Gedung Incenerator dan Ambulance
Dengan diterapkannya Sistem Informasi Manajemen (SIM) di RSUD Sanana diharapkan mampu merealisasikan suatu sistem informasi yang terpadu, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efisien, menyimpan dan mengolah data agar dapat menjadi informasi yang berguna. SIM adalah suatu sistem yang menggunakan komputer sebagai dasar untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Informasi yang dihasilkan akan menggambarkan keadaan rumah sakit secara akurat dan tepat waktu, yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi-fungsi operasional secara efektif.
Gambar 13. Sistim Informasi Manajemen RS
Dalam hal audit medik, SIM RS sangat dibutuhkan karena :
a. Teknologi kedokteran makin berkembang, makin kompleks, makin beresiko dan mahal sehingga membutuhkan pengawasan yang ketat.
b. Teknologi SIM RS memungkinkan melakukan pengawasan ketat dengan biaya yang wajar.
c. Kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit harus dilakukan seefektif dan seefisien mungkin.
B. Pendapatan Asli Daerah
Sumber dana penerimaan sebagian besar disetorkan ke kas daerah sebagai PAD RS, sedangkan sebagian lagi merupakan jasa pelayanan rumah sakit. Hal ini mengacu kepada Undang-undang No. 1 tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara di mana jasa sarana rumah sakit merupakan bagian dari retribusi Pemerintah Daerah. Peningkatan PAD rumah sakit sangat dipengaruhi oleh ketenagaan, sarana prasarana serta terpenuhinya pembiayaan operasional rumah sakit.
Ketersediaan tenaga baik medis maupun paramedis mempengaruhi angka kunjungan pasien ke rumah sakit. Demikian pula halnya, ketersediaan tenaga medis dan paramedis harus diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana serta pembiayaan operasional yang menopang kwalitas kerja dari dokter dan perawat di rumah sakit. Ketiga faktor ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Gambar 14. Penerimaan Retribusi melalui Kasir RS
Gambar 7. PAD RSUD Sanana tahun 2008 – 2010
Pada tahun 2007 PAD RSUD Sanana mulai disetorkan ke kas daerah. Tahun 2009 rumah sakit mulai melaksanakan reformasi total, salah satunya dengan memperbaiki sistem manajemen keuangan rumah sakit. Reformasi ini menyebabkan PAD RSUD Sanana meningkat hingga 416% pada tahun 2009 dan 406% pada tahun 2010.
NO | BULAN | PAD RSUD SANANA | ||
2008 (Rp) | 2009 (Rp) | 2010 (Rp) | ||
1 | Januari | Rp 5,477,010 | Rp 12,229,000 | Rp 60,619,362 |
2 | Pebruari | Rp 6,135,650 | Rp 11,906,500 | Rp 21,216,200 |
3 | Maret | Rp 6,105,150 | Rp 12,196,000 | Rp 32,091,043 |
4 | April | Rp 5,336,550 | Rp 15,766,400 | Rp 26,231,550 |
5 | Mei | Rp 11,111,210 | Rp 15,503,500 | Rp 39,883,580 |
6 | Juni | Rp 8,620,125 | Rp 32,055,100 | Rp 67,627,900 |
7 | Juli | Rp 7,592,600 | Rp 20,605,200 | Rp 70,731,101 |
8 | Agustus | Rp 6,666,120 | Rp 26,450,941 | Rp 24,643,141 |
9 | September | Rp 2,984,350 | Rp 20,891,550 | Rp 20,295,100 |
10 | Oktober | Rp 8,922,160 | Rp 24,878,050 | Rp 98,841,598 |
11 | Nopember | Rp 2,945,805 | Rp 40,192,164 | Rp 37,026,637 |
12 | Desember | Rp 5,580,605 | Rp 37,442,500 | Rp 110,524,614 |
| Total | Rp 77,477,335 | Rp 270,116,905 | Rp. 609,731,826 |
| Target | Rp 60,000,000 | Rp 65,000,000 | Rp 150,000,000 |
| Kenaikan (%) | 129% | 416% | 406% |
Tabel 10. Persentase kenaikan PAD RSUD Sanana
C. Pelayanan Kesehatan
1. Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal dirawat inap. Sejak ditetapkan sebagai rumah sakit tipe D pada tahun 2008, Instalasi Rawat Jalan memberikan pelayanan medis umum, gigi, KIA dan Rehabilitasi Medik. Pelayanan spesialistik belum dapat diberikan secara rutin mengingat kesiapan tenaga, sarana dan prasarana serta pembiayaan rumah sakit yang belum memadai.
Gambar 16. Instalasi Rawat Jalan
Realisasi kunjungan pasien pada Instalasi Rawat Jalan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
NO | POLIKLINIK | JUMLAH PASIEN | ||
2008 | 2009 | 2010 | ||
1 | Umum | 377 | 512 | 909 |
2 | Gigi dan Mulut | 310 | 378 | 581 |
3 | KIA dan KB | 85 | 40 | 99 |
4 | Fisioterapi | 9 | 6 | 27 |
| TOTAL | 781 | 936 | 1616 |
Tabel 11. Jumlah kunjungan Pelayanan Umum di Instalasi Rawat Jalan
NO | POLIKLINIK | JUMLAH PASIEN | ||
2008 | 2009 | 2010 | ||
1 | Penyakit Dalam | 50 | 0 | 179 |
2 | Kesehatan Anak | 332 | 230 | 250 |
3 | Bedah | 0 | 0 | 86 |
4 | Kebidanan dan Kandungan | 0 | 0 | 100 |
5 | Kulit & Kelamin | 0 | 0 | 87 |
| TOTAL | 382 | 230 | 702 |
Tabel 12. Jumlah kunjungan Pelayanan Spesialistik di Instalasi Rawat Jalan
Peningkatan jumlah kunjungan rawat jalan pada tahun 2010 berkaitan dengan peningkatan kepercayaan masyarakat dan ketersediaan tenaga medis dokter spesialis. Sebagai rumah sakit rujukan tingkat kabupaten, diharapkan pengunjung rumah sakit berasal dari pelayanan kesehatan tingkat di bawahnya yaitu puskesmas, pustu, polindes, atau praktek swasta. Namun upaya kesehatan rujukan ini belum berjalan dengan baik. Faktor yang mempengaruhi upaya ini antara lain, letak geografis, sarana transportasi, serta faktor sosial lainnya.
NO | PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN | ||
TAHUN 2008 | TAHUN 2009 | TAHUN 2010 | |
1 | ISPA | ISPA | ISPA |
2 | Malaria | Malaria | Gangren Pulpa |
3 | Influenza | Gangren Pulpa | Pulpitis Kronis |
4 | Gastritis | Pulpitis Kronis | Malaria |
5 | Bronchitis | Gangren Radix | Gangren Radix |
6 | Hypertensi | Gastritis | Gastritis |
7 | Gangren Pulpa | Periodontitis | Periodontitis |
8 | Pulpitis Kronis | Diabetes Melitus | Persistensi |
9 | Asma Bronchiale | Hypertensi | Pulpitis Akut |
10 | Gastro Entritis Akut | Pulpitis Akut | Hypertensi |
Tabel 13. Sepuluh penyakit terbanyak di Instalasi Rawat Jalan
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) menempati urutan teratas dari sepuluh penyakit terbanyak di Instalasi Rawat Jalan sepanjang tahun 2008 sampai 2010. Penyakit gigi dan mulut cukup mendominasi terutama dipengaruhi oleh angka kunjungan di Poliklinik Gigi yang cukup tinggi, karena pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kabupaten Kepulauan Sula hanya terdapat di RSUD
Sanana, Puskesmas Falabisahaya, Puskesmas Dofa dan Puskesmas Bobong. Pelayanan gigi dan mulut di RSUD Sanana merupakan satu-satunya di pulau Sulabessy.
2. Instalasi Rawat Darurat
Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi resiko kematian atau cacat. Sepuluh penyakit terbanyak di Instalasi Rawat Darurat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
NO | PENYAKIT TERBANYAK RAWAT DARURAT | ||
| TAHUN 2008 | TAHUN 2009 | TAHUN 2010 |
1 | V. Laceratum | V. Laceratum | V. Laceratum |
2 | Trauma Capitis | Trauma Capitis | Malaria |
3 | V. Exconatum | V. Exconatum | GEA |
4 | GEA | Trauma tumpul | Trauma Capitis |
5 | Dyspepsia | Observ.Febris | V. Exconatum |
6 | Trauma tumpul | GEA | Dyspepsia |
7 | V. Ictum | Dyspepsia | Kolic Abdomen |
8 | Observ.Febris | Hypertensi | Trauma tumpul |
9 | Hypertensi | Asma Bronchiale | Hypertensi |
10 | Asma Bronchiale | V. Ictum | Asma Bronchiale |
Tabel 14. Sepuluh penyakit terbanyak di Instalasi Gawat Darurat
Sebagai ‘pintu gerbang’ rumah sakit, unit gawat darurat (UGD) menjadi ujung tombak mutu pelayanan dan perawatan. Mutu pelayanan ditentukan pada faktor kecepatan, ketepatan terapi atau tindakan yang dilakukan di UGD, yang semua itu sangat dipengaruhi oleh kesiapan tenaga medis/paramedis, sarana prasarana serta pembiayaan rumah sakit.
Gambar 17. Instalasi Rawat Darurat
3. Instalasi Rawat Inap
Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur. Meskipun pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat mengalami peningkatan, namun pemanfaatan tempat tidur belum mencapai standar yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan.
INDIKATOR | TAHUN | ||
2008 | 2009 | 2010 | |
Bed Occupancy Rate (BOR) | 15,8% | 13,1% | 20,3% |
Average Length Of Stay (ALOS) | 2,3 hari | 2,4 hari | 5,8 hari |
Bed Turn Over (BTO) | 12,7 kali | 10,8 kali | 3,4 kali |
Turn Over Interval (TOI) | 12,5 hari | 16 hari | 7,4 hari |
Tabel 15. Indikator pemanfaatan tempat tidur di Instalasi Rawat Inap
Indikator di atas menunjukkan masih kurangnya pemanfaatan tempat tidur oleh masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi keengganan masyarakat untuk dirawat inap di rumah sakit. Faktor-faktor itu antara lain, ketidaknyamanan berada lama di rumah sakit, ketidaktahuan akan pentingnya pelayanan kesehatan ataupun keadaan sosial ekonomi masyarakat. Citra RSUD Sanana di masa lalu yang belum siap untuk memberikan pelayanan kesehatan, akibat masih kurangnya tenaga kesehatan maupun sarana prasarana sangat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap rumah sakit. Diharapkan dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan saat ini, dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit.dimasa yang akan datang.
Gambar 18. Instalasi Rawat Inap
4. Penunjang Medis
Peranan instalasi farmasi, laboratorium dan radiologi di rumah sakit sangat vital, terutama dalam menegakkan diagnosa, menuntun tindakan medik yang akan dikerjakan serta memantau perbaikan kondisi pasien. Peningkatan pelayanan penunjang medis terus meningkat dari tahun ke tahun, yang tentu saja menuntut ketersediaan obat dan Bahan Habis Pakai (BHP) di rumah sakit.
NO | PENUNJANG MEDIS | JUMLAH KUNJUNGAN | ||
2008 | 2009 | 2010 | ||
1 | Farmasi | 5.789 | 5.943 | 19.253 |
2 | Laboratorium | 389 | 684 | 1926 |
3 | Radiologi | 0 | 0 | 466 |
Tabel 16. Kunjungan di Pelayanan Penunjang Medis
Peningkatan pelayanan kebutuhan obat dan BHP dari Instalasi Penunjang Medis masih membutuhkan pembenahan lebih lanjut. Kesiapan SDM, peralatan penunjang medis maupun pembiayaan sangat mempengaruhi pelayanan penunjang medis di rumah sakit.
Gambar 19. Instalasi Penunjang Medik
5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Pelayanan rumah sakit bersifat semi public good dimana biaya kesehatan dan kemampuan masyarakat membayar bervariasi. Ada yang mampu tetapi banyak juga yang tidak mampu. Sebagai rumah sakit milik Pemerintah Daerah yang mengemban misi sosial, pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu menjadi aspek yang perlu mendapat perhatian. Sampai saat ini jumlah masyarakat yang menjadi peserta Jamkesmas belum mencakup semua masyarakat miskin di Kabupaten Kepulauan Sula.
NO | CARA PEMBAYARAN | JUMLAH (dalam %) | ||
2008 | 2009 | 2010 | ||
1 | Bayar sendiri | 89,40 | 80,60 | 86,40 |
2 | Askes | 4,89 | 5,10 | 6,50 |
3 | Jamkesmas | 4,89 | 13,80 | 6,60 |
4 | Keterangan tidak mampu | 0,40 | 0,07 | 0,20 |
5 | Lain-lain | 0,42 | 0,43 | 0,30 |
Tabel 17. Kunjungan berdasarkan cara pembayaran
Tahun 2010 jumlah kunjungan masyarakat tidak mampu yang tidak memiliki kartu jamkesmas mencapai 0,5% dari total kunjungan ke rumah sakit. Sejak tahun 2009 telah dialokasikan anggaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu yang diharapkan dapat membantu masyarakat yang membutuhkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar